My Galery

WELCOME MY BLOGER . vickybabel10.blogspot.com. DRILLING. RECORDING. HSE. TOPOGRAFI. FREELOADING. CLEARING / BRIDGING. SEISMIC SURVEY ACQUISITION

Wednesday, March 20, 2013

THEORYTICAL

Filtering adalah upaya untuk 'menyelamatkan' frekuensi yang dikehendati dari gelombang seismik dan 'membuang' yang tidak dikehendaki. Terdapat beberapa macam filtering yaitu: band pass, low pass (high cut) dan high pass (low cut).

Di dalam pengolahan data seismik, band pass filter lebih umum digunakan karena biasanya gelombang seismik terkontaminasi noise frekuensi rendah (seperti ground roll) dan noise frekuensi tinggi (ambient noise).

Gambar di bawah ini menunjukkan ketiga jenis filtering baik dalam kawasan waktu (time domain) maupun frekuensi domain (frequency domain).


Tanda A, B, C, dan D, pada band pass filter merupakan frekuensi sudut (corner frekuency).


Komponen Gelombang

Gambar di bawah menunjukkan komponen sebuah gelombang pada sebuah trace seismik: amplitudo, puncak, palung, zero crossing, tinggi dan panjang gelombang.


vickybabel10.blogspot.com

Frekuensi Gelombang Seismik

Frekuensi gelombang seismik yang 'berguna' biasanya berada dalam rentang 10 sampai 70 Hz dengan frekuensi dominan sekitar 30Hz (Ozdogan Hilmaz).

Gambar berikut menunjukkan tipikal spektrum amplitudo gelombang seismik (trace ditunjukkan di sebelah kiri)


Terlihat rentang frekuensi gelombang seismik 10 - 70 Hz dengan frekuensi dominan 30 Hz, juga karakter spektrum amplitudo wavelet yang digunakan.

Fold Coverage

Fold coverage adalah jumlah pantulan yang mengenai suatu bidang pantul pada batuan. Semakin banyak jumlah pantulan sinyal pada suatu bidang, maka diharapkan semakin baik kualitas data yang dihasilkan.

Fold coverage ini penting pada saat proses stacking di data processing. Pada saat stacking diharapkan data yang dibawa oleh sinyal dapat diperkuat, sedangkan noise dapat dikurangi bahkan dapat saja dihilangkan.

Mesa membuat simulasi fold coverage berdasarkan posisi shot point dan trace teoritik, simulasi, dan aktual.

Ada banyak cara untuk menghitung fold. Namun ada sebuah rumus yang dapat dijadikan persamaan dasar penghitungan fold, yaitu:

Fold = NS*NC*b^2

Dimana:
NS = jumlah shot point per unit area
NC = jumlah channel aktif
b = dimensi bin

Sebagai contoh, misalnya kita memiliki 80 shot point per kilometer persegi dengan channel aktif 600, dan dimensi bin 25 m. Maka fold yang kita peroleh adalah:

Fold = 80/km^2 * 600 * (25m)^2 = 30

Ini adalah cara cepat untuk mengetahui apakah fold coverage yang kita inginkan sudah sesuai dengan parameter yang kita gunakan.

First Break

First break adalah gelombang seismik yang terekam pertama kali. Gelombang ini merupakan gelombang yang tercepat sampai ke penerima. Di dalam studi seismik refleksi, first break digunakan untuk koreksi statik.
Di dalam studi seismik tomografi, first break digunakan sebagai input waktu tempuh gelombang untuk mencitrakan anomali kecepatan gelombang seismik di bawah permukaan.


Metoda-metoda Geofisika

Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode aktif dan pasif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang dimaksud disini misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta radioaktifitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya.

Secara praktis, metode yang umum digunakan di dalam geofisika dapat dilihat dengan meng-klik tabel dibawah ini.


Survey seismik merupakan jenis metode geofisika aktif, karena dalam seismik kita menggunakan medan/sumber buatan berupa getaran. Sumber getaran buatan dalam seismik dapat dihasilkan oleh peledakan dinamit, air gun, atau vibrator.


Proses Data Seismik


Data yang telah didapatkan dari hasil akuisisi akan diproses sehingga meningkatkan daya resolusi secara vertikal maupun horisontal yang dapat menghasilkan keadaan bawah permukaan yang sesungguhnya yaitu berupa migrated time section yang mudah untuk diinterpretasikan oleh para interpreter untuk mencapai hasil yang maksimum pada saat ekploitasi.
Secara umum kegiatan akuisisi data seismik adalah dimulai dengan membuat sumber getar buatan, seperti vibroseis atau dinamit, kemudian mendeteksi dan merekamnya ke suatu alat penerima, seperti geophone atau hidrophone. Getaran hasil ledakan akan menembus ke dalam permukaan bumi dimana sebagian dari sinyal tersebut akan diteruskan dan sebagian akan dipantulkan kembali oleh reflektor. Sinyal yang dipantulkan kembali tersebut akan direkam oleh alat perekam di permukaan.
Sedangkan sinyal yang menembus permukaan bumi akan dipantulkan kembali oleh bidang refleksi yang kedua snyalnya akan diterima kembali oleh alat perekam dan seterusnya hingga ke a;at perekam yang terakhir. Alat perekam akan menghasilkan data berupa trace seismik.
1. Kecepatan Sebagai Alat Diagnosa
Sifat alamiah dari sedimen seerti porositas, densitas, temperatur, ukuran butir, saturasi gas, frekuensi, dan tekanan berpengaruh terhadap kecepatan. Pertambahan kecepatan dipengaruhi oleh takanan eksternal, ukuran butir dan densitas. Kecepatan akan berkurang pada sedimen yang porous dan atau mempunyai takanan pori yang besar.
2. Pengukuran Kecepatan
Pengukuran kecepatan didasarkan pada perubahan waktu tiba pantulan (arrival time) sebagai perubahan jarak dari sumber getar sampai geophone. Jarak tersebut dikenal dengan offset, sedangkan perbedaan waktu dari offset disebut normal moveout. Kecepatan sebagai implikasinya disebut stacking velocity.
3. Resolusi
Resolusi didefinisikan sebagai jarak terkecil antara dua kenampakan yang dapat memisahkan adanya dua kenampakan tersebut. Pola refleksi dengan dua interface akan nampak pada suatu pembagian dengan ketebalan 1/4 panjang gelombang, sedangkan jika ketebalannya kurang dari itu maka hanya akan nampak satu interface saja. Batas ketebalan lapisan yang dapat memberikan pantulan adalah sekitar 1/3 dari panjang gelombang. Frekuansi gelombang seismik lebih kecil dibandingkan dengan frekuensi yang digunakan pada log sumur, sehingga kemampuan perubahan seismik jauh lebih besar, sekitar 100 kali lipat. Semakin kecil frekuensi dan kecepatan, maka gelombang akan semakin besar.
Gelombang seismik mempunyai kelakuan yang sama dengan kelakuan gelombang cahaya, sehingga hukum-hukum yang berlaku untuk gelombang cahaya berlaku juga untuk gelombang seismik. Hukum-hukum tersebut antara lain:
1. Huygens mengatakan bahwa gelombang menyebar dari sebuah titik sumber gelombang ke segala arah dengan bentuk bola.
2. Hukum snellius menyatakan bahwa bila suatu gelombang jatuh di atas bidang batas dua medium yang mempunyai perbedaan densitas, maka gelombang tersebut akan dibiaskan jika sudut datang gelombang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya. Gelombang akan dipantulkan jika sudut datangnya lebih besar adri sudut kritisnya. Gelombang datang, gelombang bias, gelombang pantul terletak pada suatu bidang datar.
Muka gelombang adalah suatu bidang permukaan yang pada suatu saat tertentu membedakan medium yang telah terusik dengan medium yang belum terusik. Muka gelombang merupakan potret dari penjalaran usikan. Berdasarkan bentuk muka gelombang (wave front) , gelombang seismik dapat dibedakan atas empat macam yaitu:
1. Gelombang Bidang
Gelombang bidang/datar ditimbulkan oleh sumber terkomilasi. Gelombang bidang menjalar sepanjang satu arah tertentu dengan muka gelombang yan berupa bidang datar tegak lurus pada arah perambatan.
2. Gelombang Silinder
Gelombang silinder ditimbulkan oleh sumber usikan yang seragam dan terletak di sepanjang suatu garis lurus. Gelombang silinder menjalar ke semua arah tegak lurus pada garis sumbu dengan kecepatan yang sama.
3. Gelombang Bola
Gelombang bola/sferis ditimbulkan oleh sumber berupa titik (point source) yang menjalar ke segala arah menuju ke pusat bola atau menjauhi pusat bola dengan kecepatan yang sama.
4. Gelombang Kerucut
Gelombang kerucut ditimbulkan oleh adanya sumber yang bergerak. Dalam hal ini sumber bergerak lebih cepat dari pada sepat rambat gelombang itu sendiri dan muka gelombangnya berupa kerucut-kerucut bersumbu.
Berdasarkan tempat menjalarnya, gelombang seismik dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu gelombang tubuh (body wave) yang menjalar masuk menembus medium dan gelombang permukaan (surface wave) dimana amplitudonya melemah bila semakin masuk ke dalam medium. Beberapa tipe gelombang permukaan yaitu:
1. Gelombang Rayleigh
Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang merambat pada batas permukaan saja dan hanya dapat merambat pada media padat serta arah getarannya berlawanan arah dengan arah perambatannya.
2. Gelombang Love
Gelombang love adalah gelombang yang hanya merambat pada batas lapisan saja an bergerak pada bidang yang horisontal saja.
3. Gelombang Tabung
Gelombang tabung merupakan gerak/aliran fluida di sepanjang sumur pengeboran. Gerakan fluida ini diakibatkan oleh getaran dinding sumur yang merambat dalam arah axial. Gelombang tabung mempunyai tiga proses yaitu pertama adalah kontraksi dinding sumur, kedua adalah merenggangnya dinding sumur, dan ketiga adalah aliran fluida di dalam lubang sumur.
Menurut cara bergetarnya gelombang seismik dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Gelombang Primer (longitudinal/compussional wave)
Gelombang primer dalah gelombang yang arah getarannya searah dengan arah bergetarnya gelombang tersebut. Gelombang ini mempunyai kecepatan rambat paling besar diantara gelombang seismik yang lain.
2. Gelombang Sekunder (transversal/shear wave)
Gelombang sekunder adalah gelombang yang raah getarannya tegak lurus terhadap arah perambatan gelombang. Gelombang ini hanya dapat merambata pada material padat saja dan mempunyai kecepatan gelombang yan lebih kecil dibandingkan gelombang primer.
Sumber gelombang seismik pada mulanya berasl dari gempa bumi alam yang dapat berupa gempa vulkanik maupun gempa tektonik, akan tetapi dalam seismik eksplorasi sumber gelombang yang digunakan adalah gelombang seismik buatan. Ada beberapa macam sumber gelombang seismik buatan seperti dinamit, benda jatuh, air gun, water gun, vaporchoc, sparker, maupun vibroseis. Sumber gelombang seismik buatan tersebut pada hakekatnya membangkitkan gangguan sesaat dan lokal yang disebut sebagai gradien tegangan (stress).
Gradien tegangan mengakibatkan terganggunya keseimbangan gaya-gaya di dalam medium sehingga terjadi pergeseran titik materi yang menyebabkan deformasi yang menjalar dari suatu titik ke titik lain. Deformasi ini dapat berupa pemampatan dan perenggangan partikel-partikel medium yang menyebabkan osilasi densitas/tekanan maupum pemutaran (rotasi) partikel-partikel medium. Apabila medium bersifat elastis sempurna maka setelah mengalami deformasi sesaat tadi medium kembali ke keadaan semula.
Survey seismik dilakukan untuk mendapatkan rekaman data seismik dengan kualitas yang baik. Penilaian baik tidaknya data seismik adalah dari perbandingan antara banyaknya sinyal refleksi dengan sinyal gangguan atau noise yang diterima. Semakin banyak sinyal refleksi serta semakin sedikit noise yang diterima maka kualitas perekaman data seismik semakin bagus. Keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time) juga mempengaruhi kualitas perekaman.
Secara garis besar eksplorasi seismik dibagi menjadi eksplorasi seismik dangkal dan eksplorasi seismik dalam. Eksplorasi seismik yang digunakan untuk eksplorasi hidrokarbon (minyak dan gas bumi) adalah eksplorasi seismik dalam. Sedangkan eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasa digunakan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Kedua jenis eksplorasi seismik tersebut memiliki resolusi dan akurasi yang berbeda.
Seismik refleksi terbagi atas tiga bagian yaitu akuisisi data seismik, proses data seismik, dan yang terakhir adalah interpretasi data. Akuisisi data adalah untuk memperoleh data seismik dari area yang disurvey. Dari proses data seismik akan diperoleh penampang seismik permukaan bawah tanah. Setelah data seismik diproses maka dilakukan interpretasi untuk menganalisa keadaan geologi di bawah permukaan dan juga untuk memperkirakan komposisi material batuan di bawah permukaan tersebut.
Proses akuisisi data sangat penting karena mempengaruhi kualitas data seismik. Kualitas data seismik yang baik akan menghasilkan penggambaran penampang seismik bawah tanah yang baik sehingga proses interpretasi juga dapat dilakukan dengan baik.

PROCESSING

Pada awalnya data seismik direkam dalam common-shot gather. Common-shot gather adalah sekumpulan trace yang mempunyai atau berasal dari satu source point yang sama. Karena pada umumnya pengolahan data seismik dilakukan pada domain common-midpoint (CMP), maka data common-shot gather tadi disusun dan di-sort ke bentuk CMP gather. CMP gather adalah sekumpulan trace yang memiliki titik tengah (midpoint) yang sama. Sebelum proses stacking, masing-masing CDP gather dikoreksi dari efek perbedaan jarak offset yang disebut Normal Move Out (NMO). Sebuah fungsi kecepatan yang disebut stacking velocity dibutuhkan dalam koreksi NMO. Stacking velocity didapat dari sebuah proses yang disebut velocity analysis.
Velocity Analysis adalah perhitungan dan penentuan fungsi kecepatan (stacking velocity) dari pengukuran fungsi velocity normal move out. Perhitungan dibuat dengan mengasumsikan fungsi kecepatan normal moveout (VNMO), menerapkannya ke CDP gather, mengukur koherensi pada fungsi VNMO tersebut, dan mengubah fungsi VNMO untuk mencari koherensi maksimal. Nilai-nilai koherensi ini diukur, dipetakan dan diberi skala warna untuk proses velocity picking. Nilai-nilai koherensi yang telah dikontur disebut juga dengan semblance.
Agar didapatkan nilai kecepatan yang tepat, maka picking velocity harus berdasarkan pada tampilan beberapa panel yang muncul ketika melakukan picking velocity seperti panel Semblance, panel CDP gather, panel Velocity Function Stack (VFS) dan panel Dynamic Function dimana keempat panel tersebut mempunyai fungsi masing-masing yang dapat mempengaruhi hasil pemilihan kecepatan.
Semblance panel menampilkan nilai-nilai koherensi dari berbagai trace dalam kontur skala warna sebagai fungsi waktu dan kecepatan. Warna kontur merah melambangkan nilai semblance maksimum, sehingga melambangkan juga fungsi kecepatan NMO yang paling tepat untuk mengkoreksi event seismik yang menghasilkan koherensi. Semblance panel digunakan untuk menentukan fungsi stacking velocity, dengan cara memilih nilai-nilai semblance yang paling tepat.
Gather panel juga digunakan dalam menentukan fungsi kecepatan. Gather panel menampilkan super gather dari sejumlah CDP yang telah ditentukan. Super gather didapat dari sejumlah CDP yang masing-masing tracenya di-stack secara common-offset, sehingga menghasilkan hanya satu CDP gather, yaitu super gather.
Panel yang menampilkan deret trace-trace dari beberapa CDP yang telah di-stack disebut panel Velocity Function Stack (VFS). Trace-trace ini dikoreksi untuk NMO dengan masing-masing menggunakan fungsi kecepatan yang berbeda. Panel ini digunakan untuk memilih fungsi kecepatan yang memberi respon data stack yang maksimum. Sehingga panel ini juga bisa dijadikan sebagai referensi untuk melihat hasil koreksi NMO setelah diterapkan nilai kecepatan dari proses picking velocity. Jika fungsi kecepatan yang digunakan tepat, event seismik primer dalam gather panel akan terlihat datar. Jika kecepatan yang digunakan terlalu rendah, maka event seismik primer dalam gather panel akan melengkung ke atas, sedangkan jika kecepatan yang digunakan terlalu tinggi, maka akan melengkung ke bawah
Panel Dynamic Stack menampilkan pendekatan data stack yang dihitung dengan menggunakan fungsi kecepatan yang telah dipilih. Panel ini digunakan sebagai kontrol kualitas (QC) dari fungsi kecepatan yang dipilih. Keempat panel velocity analysis tersebut digunakan sebagai acuan atau patokan dalam menentukan NMO velocity yang paling tepat untuk digunakan dalam proses stacking.
Hasil akhir dari flow ini adalah suatu penampang post-stack, yang biasa disebut brute stack. Penampang ini, pada dasarnya merupakan penampang post-stack yang pertama kali dihasilkan dari suatu pengolahan data seismik dan disebut sebagai stack kasar (“brute stack”) karena belum mendapat efek-efek lain dari pengolahan data seismik. Selain itu, parameter kecepatan yang digunakan dalam brute stack ini juga belum sepenuhnya tepat. Brute stack ini dihasilkan hanya untuk melihat gambaran awal dari suatu event seismik. 

 

Post-processing


1. Koreksi Residual Statik
Dalam flow ini akan dilakukan koreksi statik sisa, yang disebut residual statics correction. Input dari flow ini pada dasarnya adalah koreksi statik ketinggian dari source dan receiver yang telah dihasilkan sebelumnya dari subflow apply elevation statics di dalam flow refraction statics. Sebelum masuk ke residual statics, flow pengolahan data seismik masuk dulu ke trace display, agar dapat dilakukan static horizon picking yang nantinya akan digunakan sebagai time gate pada pengaplikasian koreksi statik sisa tersebut.
Static horizon picking dilakukan dengan membuat picks untuk satu ensemble traces pada suatu time, dimana pada time tersebut diperkirakan akan terdapat event seismik yang utama/dominan.

Setelah dilakukan picking autostatic horizon, kemudian hasil dari koreksi residual static ini diaplikasikan kembali ke data preprocessing untuk di hitung ulang nilai kecepatannya melalui analisa kecepatan tahap 2. Sehingga, setelah melalui tahapan proses ini diharapkan data-data yang dihasilkan benar-benar sudah terkoreksi secara benar dan menghasilkan penampang seismik yang benar-benar merepresentasikan keadaan bawah permukaan bumi dengan tepat. Adapun tampilan dari hasil residual static serta analisa kecepatan ke-2 ini dapat ditampilkan / di-display ke dalam display Final Stack.

2. Migrasi
Untuk mengkoreksi letak titik refleksi pada posisi sebenarnya maka digunakanlah metode migrasi. Dalam flow ini akan dilakukan serangkaian tahap untuk mengaplikasikan proses migrasi pada data, sehingga akan dihasilkan dataset terakhir dari pengolahan data seismik ini berupa data yang telah dimigrasi (migrated data). Algoritma migrasi yang akan diaplikasikan dapat dipilih sendiri oleh user, disesuaikan dengan kebutuhan dan treatment dari data yang bersangkutan. Dalam panduan ini, metode yang akan digunakan untuk migrasi adalah dengan menerapkan postack time migration menggunakan finite difference time migration dengan max dip 70 derajat. Pemilihan ini didasarkan pada hasil pemilihan atau try & error pemilihan parameter.
Sampai dengan tahap ini telah selesai dilakukan serangkaian tahap dalam melakukan pengolahan data seismik postack time migration untuk tahap dasar, yaitu dari pembacaan raw data seismik sampai dengan dihasilkannya data postack yang telah di migrasi.
Pada penampang postack hasil migrasi tersebut diatas, sangat terlihat adanya efek smile atau swing. Efek tersebut dapat disebabkan oleh adanya noise dominan yang belum dibersihkan secara optimal pada saat proses trace editing. Adanya hal tersebut sekaligus untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa kurang optimalnya (atau bahkan kesalahan) dalam pengolahan data seismik di suatu tahap (atau flow) akan sangat mempengaruhi hasil pengolahan dari tahap lainnya, hingga pada akhirnya kesalahan-kesalahan itu akan terakumulasi pada hasil akhir pengolahan data seismik, yang dalam konteks ini adalah penampang postack hasil migrasi.
Sebagai tahapan akhir dari field processing, dilakukan suatu tahapan akhir berupa plotting, dimana plotting ini dilakukan sebagai alat untuk menampilkan hasil akhir data berupa penampang seismik dalam bentuk wiggle lengkap dengan attribut-atribut keterangan yang menyertainya.

PROCESSING

1. Koreksi Residual Statik
Dalam flow ini akan dilakukan koreksi statik sisa, yang disebut residual statics correction. Input dari flow ini pada dasarnya adalah koreksi statik ketinggian dari source dan receiver yang telah dihasilkan sebelumnya dari subflow apply elevation statics di dalam flow refraction statics. Sebelum masuk ke residual statics, flow pengolahan data seismik masuk dulu ke trace display, agar dapat dilakukan static horizon picking yang nantinya akan digunakan sebagai time gate pada pengaplikasian koreksi statik sisa tersebut.
Static horizon picking dilakukan dengan membuat picks untuk satu ensemble traces pada suatu time, dimana pada time tersebut diperkirakan akan terdapat event seismik yang utama/dominan.

Setelah dilakukan picking autostatic horizon, kemudian hasil dari koreksi residual static ini diaplikasikan kembali ke data preprocessing untuk di hitung ulang nilai kecepatannya melalui analisa kecepatan tahap 2. Sehingga, setelah melalui tahapan proses ini diharapkan data-data yang dihasilkan benar-benar sudah terkoreksi secara benar dan menghasilkan penampang seismik yang benar-benar merepresentasikan keadaan bawah permukaan bumi dengan tepat. Adapun tampilan dari hasil residual static serta analisa kecepatan ke-2 ini dapat ditampilkan / di-display ke dalam display Final Stack.

2. Migrasi
Untuk mengkoreksi letak titik refleksi pada posisi sebenarnya maka digunakanlah metode migrasi. Dalam flow ini akan dilakukan serangkaian tahap untuk mengaplikasikan proses migrasi pada data, sehingga akan dihasilkan dataset terakhir dari pengolahan data seismik ini berupa data yang telah dimigrasi (migrated data). Algoritma migrasi yang akan diaplikasikan dapat dipilih sendiri oleh user, disesuaikan dengan kebutuhan dan treatment dari data yang bersangkutan. Dalam panduan ini, metode yang akan digunakan untuk migrasi adalah dengan menerapkan postack time migration menggunakan finite difference time migration dengan max dip 70 derajat. Pemilihan ini didasarkan pada hasil pemilihan atau try & error pemilihan parameter.
Sampai dengan tahap ini telah selesai dilakukan serangkaian tahap dalam melakukan pengolahan data seismik postack time migration untuk tahap dasar, yaitu dari pembacaan raw data seismik sampai dengan dihasilkannya data postack yang telah di migrasi.
Pada penampang postack hasil migrasi tersebut diatas, sangat terlihat adanya efek smile atau swing. Efek tersebut dapat disebabkan oleh adanya noise dominan yang belum dibersihkan secara optimal pada saat proses trace editing. Adanya hal tersebut sekaligus untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa kurang optimalnya (atau bahkan kesalahan) dalam pengolahan data seismik di suatu tahap (atau flow) akan sangat mempengaruhi hasil pengolahan dari tahap lainnya, hingga pada akhirnya kesalahan-kesalahan itu akan terakumulasi pada hasil akhir pengolahan data seismik, yang dalam konteks ini adalah penampang postack hasil migrasi.
Sebagai tahapan akhir dari field processing, dilakukan suatu tahapan akhir berupa plotting, dimana plotting ini dilakukan sebagai alat untuk menampilkan hasil akhir data berupa penampang seismik dalam bentuk wiggle lengkap dengan attribut-atribut keterangan yang menyertainya.
Pada awalnya data seismik direkam dalam common-shot gather. Common-shot gather adalah sekumpulan trace yang mempunyai atau berasal dari satu source point yang sama. Karena pada umumnya pengolahan data seismik dilakukan pada domain common-midpoint (CMP), maka data common-shot gather tadi disusun dan di-sort ke bentuk CMP gather. CMP gather adalah sekumpulan trace yang memiliki titik tengah (midpoint) yang sama. Sebelum proses stacking, masing-masing CDP gather dikoreksi dari efek perbedaan jarak offset yang disebut Normal Move Out (NMO). Sebuah fungsi kecepatan yang disebut stacking velocity dibutuhkan dalam koreksi NMO. Stacking velocity didapat dari sebuah proses yang disebut velocity analysis.
Velocity Analysis adalah perhitungan dan penentuan fungsi kecepatan (stacking velocity) dari pengukuran fungsi velocity normal move out. Perhitungan dibuat dengan mengasumsikan fungsi kecepatan normal moveout (VNMO), menerapkannya ke CDP gather, mengukur koherensi pada fungsi VNMO tersebut, dan mengubah fungsi VNMO untuk mencari koherensi maksimal. Nilai-nilai koherensi ini diukur, dipetakan dan diberi skala warna untuk proses velocity picking. Nilai-nilai koherensi yang telah dikontur disebut juga dengan semblance.
Agar didapatkan nilai kecepatan yang tepat, maka picking velocity harus berdasarkan pada tampilan beberapa panel yang muncul ketika melakukan picking velocity seperti panel Semblance, panel CDP gather, panel Velocity Function Stack (VFS) dan panel Dynamic Function dimana keempat panel tersebut mempunyai fungsi masing-masing yang dapat mempengaruhi hasil pemilihan kecepatan.
Semblance panel menampilkan nilai-nilai koherensi dari berbagai trace dalam kontur skala warna sebagai fungsi waktu dan kecepatan. Warna kontur merah melambangkan nilai semblance maksimum, sehingga melambangkan juga fungsi kecepatan NMO yang paling tepat untuk mengkoreksi event seismik yang menghasilkan koherensi. Semblance panel digunakan untuk menentukan fungsi stacking velocity, dengan cara memilih nilai-nilai semblance yang paling tepat.
Gather panel juga digunakan dalam menentukan fungsi kecepatan. Gather panel menampilkan super gather dari sejumlah CDP yang telah ditentukan. Super gather didapat dari sejumlah CDP yang masing-masing tracenya di-stack secara common-offset, sehingga menghasilkan hanya satu CDP gather, yaitu super gather.
Panel yang menampilkan deret trace-trace dari beberapa CDP yang telah di-stack disebut panel Velocity Function Stack (VFS). Trace-trace ini dikoreksi untuk NMO dengan masing-masing menggunakan fungsi kecepatan yang berbeda. Panel ini digunakan untuk memilih fungsi kecepatan yang memberi respon data stack yang maksimum. Sehingga panel ini juga bisa dijadikan sebagai referensi untuk melihat hasil koreksi NMO setelah diterapkan nilai kecepatan dari proses picking velocity. Jika fungsi kecepatan yang digunakan tepat, event seismik primer dalam gather panel akan terlihat datar. Jika kecepatan yang digunakan terlalu rendah, maka event seismik primer dalam gather panel akan melengkung ke atas, sedangkan jika kecepatan yang digunakan terlalu tinggi, maka akan melengkung ke bawah
Panel Dynamic Stack menampilkan pendekatan data stack yang dihitung dengan menggunakan fungsi kecepatan yang telah dipilih. Panel ini digunakan sebagai kontrol kualitas (QC) dari fungsi kecepatan yang dipilih. Keempat panel velocity analysis tersebut digunakan sebagai acuan atau patokan dalam menentukan NMO velocity yang paling tepat untuk digunakan dalam proses stacking.
Hasil akhir dari flow ini adalah suatu penampang post-stack, yang biasa disebut brute stack. Penampang ini, pada dasarnya merupakan penampang post-stack yang pertama kali dihasilkan dari suatu pengolahan data seismik dan disebut sebagai stack kasar (“brute stack”) karena belum mendapat efek-efek lain dari pengolahan data seismik. Selain itu, parameter kecepatan yang digunakan dalam brute stack ini juga belum sepenuhnya tepat. Brute stack ini dihasilkan hanya untuk melihat gambaran awal dari suatu event seismik.

1. True Amplitude Recovery
Tahapan ini diperlukan untuk memulihkan kembali besaran-besaran amplitudo karena kehilangan energi yang disebabkan oleh hal-hal tersebut di atas agar seolah-olah energi adalah sama pada setiap titik. Adapun proses pemulihan amplitudo ini adalah dengan cara mengaplikasikan nilai koreksi amplitudo konstan dengan nilai koreksi sebesar 1,6 dB/sec.

2. Edit Trace
Prinsip dari proses editing ini adalah membuang atau menghapus sinyal-sinyal yang tidak diinginkan (noise) dalam processing data seismik. Pada tahapan ini, ada dua buah proses editing yang dilakukan, yaitu proses killing trace, dimana pada proses ini dilakukan penghapusan trace-trace yang mengandung noise dalam bentuk 1 dimensi saja (dimensi waktu).
Proses yang kedua adalah muting, dimana pada proses ini dilakukan pembuangan sinyal-sinyal noise yang tidak diinginkan dalam bentuk 2 dimensi. Muting ini biasanya membuang sinyal-sinyal noise yang muncul sebelum first break time. Adapun jenis mute yang dipakai pada proyek ini adalah top mute.
Selain itu, proses muting ini juga dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengecek (QC) hasil dari geometry assignment yang telah dilakukan sebelumnya. Apabila terjadi kesalahan dalam proses geometry assignment, maka hasil plotting dari nilai-nilai mute yang kita berikan akan tidak cocok dengan data. Hal ini terjadi dikarenakan bentangan yang terjadi di lapangan berbeda dengan pattern yang telah kita set sebelumnya pada geometry assignment. Jika terjadi kesalahan semacam ini, maka perlu dilakukan perbaikan ulang pada proses geometri assignment dengan nilai-nilai pattern yang benar.

3. Filtering
Pada prinsipnya, frekuensi sinyal seismik di lapangan mempunyai bandwith yang cukup lebar. Pada projek A5.43 ini bandwith frekuensi yang dihasilkan mempunyai range frekuensi 1 – 250 Hz. Oleh karena itu, dari sekian range bandwith frekuensi yang dihasilkan tersebut, tidak semuanya merupakan data-data sinyal seismik, sebagian merupakan sinyal-sinyal noise. Untuk itu diperlukan suatu proses yang dapat memisahkan range frekuensi antara sinyal sesimik dengan sinyal noise yang biasa dikenal dengan proses Filtering. Band-pass filter adalah metoda yang mudah untuk menekan noise yang ada di luar spektrum frekuensi dari sinyal yang diinginkan.
Adapun filter digital yang dipakai pada projek ini merupakan filter digital bandpas filter dengan range nilai frekuensi 8 – 10 – 40 – 50 (Hz). Nilai parameter ini didapat dari hasil try & error tes parameter di awal pengerjaan.

4. Dekonvolusi
Dekonvolusi dilakukan sepanjang sumbu waktu (time axis) yang bertujuan untuk meningkatkan resolusi temporal dengan mengkompresi wavelet seismik asal sampai mendekati bentuk spike dan meminimalkan reverberasi gelombang. Untuk itulah, maka pada awal pengerjaan dekonvolusi diperlukan suatu time gate dimana di dalam gate tersebut diusahakan tercakup nilai-nalai sinyal to noise rasio yang cukup baik agar dihasilkan operator dekonvolusi yang tepat. Biasanya nilai signal to noise rasio yang masih cukup baik terdapat antara first break time sampai beberapa milisecond di bawahnya, dimana amplitudo sinyal masih dapat terlihat cukup kuat.
Adapun jenis dekonvolusi yang dipakai pada pengolahan data kali ini adalah tipe spike / predictive dekonvolusi, dimana konsep dari metode ini yaitu dengan menggunakan teori filter Wiener yang merupakan sebuah operasi matematik yang menganut azas kuadrat terkecil dalam menjalankan operasinya.

5. Koreksi Statik
Tujuan dari koreksi statik ini adalah untuk menghilangkan pengaruh topografi terhadap sinyal-sinyal seismik yang berasal dari reflektor. Pada flow ini dilakukan perhitungan koreksi statik berdasarkan metode refraksi statik. Sebelum menjalankan refraksi statik, user harus menjalankan subflow apply elevation statics terlebih dahulu untuk menghasilkan harga koreksi statik source dan receiver.
Koreksi statik yang telah telah dihasilkan tersebut akan disimpan di dalam database source dan receiver sebagai koreksi statik ketinggian (elevation statics), yang diperlukan untuk perhitungan koreksi refraksi statik sisa (residual refraction statics).
Pemrosesan data seismik adalah untuk mengolah data hasil perekaman yang merupakan proses awal yang hanya membaca data produksi yang berada di dalam tape dari Labo. Data dari Labo tersebut kemudian diolah menggunakan data koordinat topografi, sehingga menghasilkan data berupa penampang melintang stack yang selanjutnya data ini akan diproses.
Data yang disimpan dalam disket berupa XPS (informasi nomor record, Shot Point, dan active channel), SEG (koordinat trace), SPS (informasi data mengenai uphole, waktu tembak, dan SP), RPS (informasi nomor trace dan koordinat), OBS (data seperti laporan), dan RAW (informasi mengenai kegiatan Labo).
Tahapan awal dalam pemrosesan data adalah pengecekan terhadap data yang terekam dalam cartridge, disket, dan observer report. Setelah itu dilakukan proses geometri yaitu pemberian titik koordinat pada data tersebut. Kemudian dilakukan pengecekan terhadap posisi penembakan.
Setelah data mengalami pengecekan dan sesuai dengan kondisi semestinya, dilakukan tahap preprocessing yaitu proses penyempurnaan data dengan cara true amplitudo recovery dan deconvolution. Tahapan selanjutnya dengan melakukan velocity analysis, NMO, dan terakhir proses brute satck. Penampang brute stack ini menampilkan model struktur lapisan bumi berdasarkan domain waktu.
Ada beberapa contoh peranan topografi terhadap pengolahan data seismik antara lain:

1. Kontrol geometri
Sebagai contoh pemrosesan data memerlukan koordinat berformat SEG untuk penentuan quality control geometri yang akan berpengaruh pada hasil stack (penjumlahan record dari tiap trace yang berada pada CDP yang sama).

2. Koreksi statik
Koreksi statik ini menggunakan elevasi yang diukur oleh topografi. Koreksi ini dilakukan untuk menyamakan datum dari receiver sehingga diperoleh arrival time yang terletak pada satu bidang horizontal yang sama.

3. Plotting final stack
Pada plotting final stack dibutuhkan data crossing line yang berfungsi untuk mengikat antara 2 line yang saling berpotongan. Lebih jauh lagi data crossing line ini dibutuhkan interpreter untuk menginterpretasi awal supaya interpreter dapat melihat penampang seismik baik itu secara inline maupun crossline secara tepat.

Hasil akhir dari pemrosesan data adalah berupa hasil stack yang merupakan gambaran yang berada di bawah permukaan yang terekam oleh receiver dimana noise-noise yang ada sudah difilter, sehingga hasil final stack ini dapat diinterpretasi lebih lanjut oleh interpreter.
Adapun untuk seismik 3D sebelum dilakukan pemrosesan, ada suatu program yang berfungsi sebagai simulasi cakupan program penembakan yang dilakukan dengan menggunakan software Messa. Pada seimik 3D juga tidak boleh ada titik yang hilang atau tidak ditembak, sehingga kalau perlu titik yang hilang tersebut diganti. Aturan penempatan titik pengganti ini disimulasikan oleh Messa untuk mendapatkan lokasi yang optimal, dan tentunya berkoordinasi dengan topo mengenai lokasi di lapangan dari titik tersebut.
Proses data seismik meliputi tahap persiapan data, pre-processing, processing dan post-processing. Perangkat lunak yang dipergunakan adalah:
1. ProMAX 2003 ver. 3,3 (perangkat lunak pengolahan data seismik),
2. SDI (perangkat lunak plotting)
3. GMG Millenium Version 5.4 (perangkat lunak perhitungan Refraction Static).
Sedangkan perangkat keras yang digunakan adalah:
1. Sun Blade 2000
2. Cartridge Drive 3490E
3. Exabyte Drive
4. Oyo Plotter GS-624
5. RAM 4 GB
6. External Harddisk 300 GB
7. Internal Harddisk 73.4 GB
8. PC Pentium IV/1.8 GHz, serta UPS 6 Kva.
 
 
Pre-processing


1. True Amplitude Recovery
Tahapan ini diperlukan untuk memulihkan kembali besaran-besaran amplitudo karena kehilangan energi yang disebabkan oleh hal-hal tersebut di atas agar seolah-olah energi adalah sama pada setiap titik. Adapun proses pemulihan amplitudo ini adalah dengan cara mengaplikasikan nilai koreksi amplitudo konstan dengan nilai koreksi sebesar 1,6 dB/sec.

2. Edit Trace
Prinsip dari proses editing ini adalah membuang atau menghapus sinyal-sinyal yang tidak diinginkan (noise) dalam processing data seismik. Pada tahapan ini, ada dua buah proses editing yang dilakukan, yaitu proses killing trace, dimana pada proses ini dilakukan penghapusan trace-trace yang mengandung noise dalam bentuk 1 dimensi saja (dimensi waktu).
Proses yang kedua adalah muting, dimana pada proses ini dilakukan pembuangan sinyal-sinyal noise yang tidak diinginkan dalam bentuk 2 dimensi. Muting ini biasanya membuang sinyal-sinyal noise yang muncul sebelum first break time. Adapun jenis mute yang dipakai pada proyek ini adalah top mute.
Selain itu, proses muting ini juga dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengecek (QC) hasil dari geometry assignment yang telah dilakukan sebelumnya. Apabila terjadi kesalahan dalam proses geometry assignment, maka hasil plotting dari nilai-nilai mute yang kita berikan akan tidak cocok dengan data. Hal ini terjadi dikarenakan bentangan yang terjadi di lapangan berbeda dengan pattern yang telah kita set sebelumnya pada geometry assignment. Jika terjadi kesalahan semacam ini, maka perlu dilakukan perbaikan ulang pada proses geometri assignment dengan nilai-nilai pattern yang benar.

3. Filtering
Pada prinsipnya, frekuensi sinyal seismik di lapangan mempunyai bandwith yang cukup lebar. Pada projek A5.43 ini bandwith frekuensi yang dihasilkan mempunyai range frekuensi 1 – 250 Hz. Oleh karena itu, dari sekian range bandwith frekuensi yang dihasilkan tersebut, tidak semuanya merupakan data-data sinyal seismik, sebagian merupakan sinyal-sinyal noise. Untuk itu diperlukan suatu proses yang dapat memisahkan range frekuensi antara sinyal sesimik dengan sinyal noise yang biasa dikenal dengan proses Filtering. Band-pass filter adalah metoda yang mudah untuk menekan noise yang ada di luar spektrum frekuensi dari sinyal yang diinginkan.
Adapun filter digital yang dipakai pada projek ini merupakan filter digital bandpas filter dengan range nilai frekuensi 8 – 10 – 40 – 50 (Hz). Nilai parameter ini didapat dari hasil try & error tes parameter di awal pengerjaan.

4. Dekonvolusi
Dekonvolusi dilakukan sepanjang sumbu waktu (time axis) yang bertujuan untuk meningkatkan resolusi temporal dengan mengkompresi wavelet seismik asal sampai mendekati bentuk spike dan meminimalkan reverberasi gelombang. Untuk itulah, maka pada awal pengerjaan dekonvolusi diperlukan suatu time gate dimana di dalam gate tersebut diusahakan tercakup nilai-nalai sinyal to noise rasio yang cukup baik agar dihasilkan operator dekonvolusi yang tepat. Biasanya nilai signal to noise rasio yang masih cukup baik terdapat antara first break time sampai beberapa milisecond di bawahnya, dimana amplitudo sinyal masih dapat terlihat cukup kuat.
Adapun jenis dekonvolusi yang dipakai pada pengolahan data kali ini adalah tipe spike / predictive dekonvolusi, dimana konsep dari metode ini yaitu dengan menggunakan teori filter Wiener yang merupakan sebuah operasi matematik yang menganut azas kuadrat terkecil dalam menjalankan operasinya.

5. Koreksi Statik
Tujuan dari koreksi statik ini adalah untuk menghilangkan pengaruh topografi terhadap sinyal-sinyal seismik yang berasal dari reflektor. Pada flow ini dilakukan perhitungan koreksi statik berdasarkan metode refraksi statik. Sebelum menjalankan refraksi statik, user harus menjalankan subflow apply elevation statics terlebih dahulu untuk menghasilkan harga koreksi statik source dan receiver.
Koreksi statik yang telah telah dihasilkan tersebut akan disimpan di dalam database source dan receiver sebagai koreksi statik ketinggian (elevation statics), yang diperlukan untuk perhitungan koreksi refraksi statik sisa (residual refraction statics).



Friday, March 8, 2013

DRILLING SEISMIC

peta operasi

Tanda segitiga ,Shotpoint

Drilling Jacro/compressor unit

Tehnik Pikul Mudpump

Crew Drilling

Crew Rojok Recording

Drilling Flushing

Drilling Powerig

Sketsa Tumping

Total Station ,Crew Topo

Preloading Crew

HSE



Health, Safety and Environment QC Management

Introduction

Seismic Pros Consultants believe that the maintenance of HSE standards is of paramount importance in todays work environment. Your company will almost certainly have strict HSE management procedures in place but what about the seismic contractor? Our HSE consultants can help you to ensure that the contractor adheres to the same stringent standards that your company imposes on its own various departments.

HSE QC and Management

Seismic Pros Consultants can also provide complete HSE management services for the duration of your project, short or long term, land or marine. Our HSE consultants provide professional HSE management and reporting enabling line management to take care of production.

HSE Audits

Ensuring that your contractors maintain your required standards of HSE can be a time consuming task. One of the best ways to ensure compliance is by performing a complete HSE audit, either pre-survey or during the operational phase. Due to the differences between production and exploration it is best to have the HSE audit performed by a third party experienced with all of the equipment and operations related to a seismic survey.

Seismic Pros Consultants' HSE Policy

Seismic Pros Consultants HSE policy is to maintain safe, incident free workplace, with no injury or other harm to our own personnel or other people and the minimum possible damage to the environment.
The company is committed to ensuring provision of safe and healthy work conditions and ensuring that all activities are conducted with minimal environmental impact. The aims of this policy shall be achieved at all company locations by adhering to the following principles:

  • Identification and evaluation of all HSE hazards or aspects and the management of their risks or impacts to acceptable levels.
  • Compliance with applicable HSE legislation.
  • Prevention of accidents, injuries, and environmental damage.
  • Intolerance of the conditions and behaviours that contribute to incidents and injuries.
  • Recording and communicating HSE performance throughout the organization.
  • Continual improvement of HSE performance.
All managers and consultants shall actively uphold the principles of this policy and integrate them in any operations, while the management of Seismic Pros Consultants shall regularly review HSE performance.
Management and supervisory consultants shall be responsible for ensuring the implementation and maintenance of HSE management systems necessary to support this policy. Contractors and Subcontractors shall work in accordance with this policy and comply with applicable HSE legislation. Regular HSE audits shall be done to determine conformance to the management system.
Every consultant shall be trained and held accountable for compliance with this policy and related procedures and practices. Working safely and in an environmentally appropriate manner are conditions of employment. Each employee has a duty to report workplace conditions or practices that pose a safety hazard or threaten the environment and to take reasonable actions to alleviate such risks.

QUALITY CONTROL



Seismic Quality Control

Here at Seismic Pros our seismic QC consultants like to emphasize that "quality control" is not about just making pretty reports1 about quality. We monitor and control the methods used by the contractors throughout the job. This ensures that the best quality data is recorded in a safe manner and to make sure that you are getting what you pay for, not just to make sure that you are not paying for unacceptable data. We do this by working with the seismic contractor and advising them and helping in any way that we can to make sure that you are getting the best data possible.
Seismic exploration has become more complex over the years and there are a lot of things that you need to look at to make sure that you are getting value for your money. Having an experienced seismic QC consultant to birddog operations in the field saves you from dealing with the minor problems that can arise on any seismic survey. Of course, if a larger problem comes up we will always confirm things with you.
Seismic Pros Consultants have worked with a lot of different companies and we know a lot about seismic quality control. Don't take chances on drilling without the best quality seismic data you can get.

  1. Don't get us wrong, our reports are pretty good too. Extra copies of our final reports have been requested by oil ministers in several countries and one of our final reports was selected by TNK BP as an example of best practice.

Seismic Pros Consultants

Seismic Pros Consultants is a group of skilled and experienced people with many years in the seismic industry. We offer services in the field of seismic data acquisition QC, HSE audits and supervision, survey QC and management, project management and geophysical scouting. For more details see our relevant services pages.
Some of our member consultants recent projects are listed on our projects page. Some of the projects have links to photo galleries. These projects highlight our broad range of skills and experience in some of the most demanding oil and gas exploration locations in the world.
Go to the Contact Us page and get in touch with us and we will be happy to provide you with a quotation for our services, short or long term, on a worldwide basis. Once you see what we can do for you we are sure that you will be happy too.

Our commitment:

Our seismic QC consultants bring skills learned in a broad range of demanding field conditions.
Whether your next seismic survey is going to be in jungle, mountains, desert, transition zone, shallow water or deep water marine 2D or 3D our people have the experience ensure that the job is done right.
Our commitment:
  • Integrity
  • Competence
  • Reliability

Seismic Acquisition QC/QA Consultants

Seismic Pros Consultants can provide seismic QC consultants to cover the whole range of seismic survey acquisition techniques. Many of our seismic acquisition consultants have over twenty years experience in the field with a wide variety of seismic recording instruments and energy sources. Whether your project is land, transition zone, shallow water or deep water marine we can perform the seismic data acquisition QC for you on 2D or 3D jobs.
Our consultants have experience in all types of terrain including desert, mountains, marsh, transition zone, shallow water with energy sources such as dynamite/flex, vibroseis, thumper (weight drop), VRAM, airgun and airgun auger. We even have people who have worked with Betsies and Dynoseis. Recording systems that our consultants are familiar with range from CDP cable systems, bay cable, OBC, to wire/fiber optic up to Q-Land and radio telemetry systems from Telseis right up to the newest ION (ex I/O) FireFly with 3C Vectorseis and our consultants also have experience with various uphole and refraction recording systems.
To ensure that the seismic contractor's equipment is performing to acceptable standards our seismic consultants can perform full technical audits pre-survey or post survey according to your needs.
Our seismic QC consultants are experienced at evaluating data from experimental seismic test lines and can assist with setting source and receiver parameters to ensure that you get the best possible data at reasonable cost.
At the end of each survey a final report will be produced. We give you a full and unbiased evaluation of the performance of the contractors and their equipment with any recommendations for future surveys.
Seismic Pros Consultants provide five hard copies of our final report as well as soft copies on USB flash discs. The reports are in Adobe Acrobat format and in high resolution, the same files that we use for the professional printing process that produces the hard copies. Other report formats are available on request.



QC Processing

Introduction

Seismic Pros Consultants can now provide QC processing consultants to work on a worldwide basis. Our QC processors have experience on land and marine 2D and 3D projects as well as transition zone processing and have worked with various syetems including Omega, Promax, Focus, Vista and Hampson Russell.

3D Survey Designing

Some of our seismic processing consultants also have experience with survey design programs such as Omni and Mesa which can be used to model your 3D seismic program to provide optimum results.


Survey QC and Management

Seismic Pros Consultants have a can provide experienced survey QC and management consultants with experience in available for short or long term operations. Our survey consultants are experienced senior surveyors who have worked with leading seismic companies.
Our survey consultants have experience with Trimble, Leica and Sercel GPS systems as well as the industry standard GP Seismic software package and AutoCAD. Many of our survey consultants are also familiar with the newer GIS packages.

QUALITY CONTROL



Objectivity Key to Seismic Survey Quality


Don't be afraid of quality control.
In fact, when it comes to the quality control of a seismic survey, "QC" should not be feared, but embraced.
And, by the way, there are ways to make sure it's effective.
That's the view of Andrea A. Collins, with Exploration Consultants Ltd. in the United Kingdom, who presented a paper titled "Who Needs Seismic Quality Control -- An Objective Approach" at last fall's AAPG international meeting in Cairo, Egypt.
She spoke knowing her audience: There are myriad views regarding the use and value of independent quality control on seismic surveys. Being objective is difficult, because sometimes the entire process, from deciding where to acquire data to producing the hydrocarbons, is not seen in its entirety by either the oil company or the geophysical contractor.
"Generally, any process that involves human participation is not successful 100 percent of the time. Everyone makes mistakes," Collins said. "Therefore, in order for an overall operation to be acceptable, it is advisable to check the output from each or a sequence of sub-processes while at the same time taking into consideration how each process is affected.
"There are many ways of achieving the same result, so as well as checking the repeatability, one can check by using a different method," she said. "Both are useful in different senses."
Quality control on a seismic survey is primarily applied to seismic and navigation data, health, safety and environment, crew efficiency and acquisition techniques. Although much quality control must be done automatically today due to the huge rate of data acquisition, a certain percentage of quality control is reliant on the personal presence of a quality control officer.
This is particularly necessary for independent processing checks using different algorithms and for start of survey checks, Collins believes, as well as decisions relating to quality throughout the survey.
"The most needs for quality control is when one's experience in the field with a seismic survey contractor is limited and when a firmer grasp of geophysical, positioning and acquisition disciplines is required," she said.
Likewise, she added, it is also necessary when employing contractors without much experience.
"Most of the larger contractors provide their own QC, the methods of which are highly commendable," she said. "As there is a human element to this self-QC, however, independent QC is often required.
"If enough communication and training takes place and people work toward a common goal, we will be close to the optimum path for success."

Questions and Perspectives

As always, cost is an important factor in determining whether quality control is used.
"Is it worth it? How much do you need?"
Several points have to be considered in making these determinations, she said. These issues include:
  • What is their safety record? Do they have a safety system in place?
  • Can they communicate effectively with the buyer of the data and
  • How much experience has the contractor had -- and how efficiently can they work?
  • with each other?
  • Are the hardware and software systems reliable?
  • Is it understood what is acceptable and unacceptable?
  • Is it possible to test the systems for accuracy or are they contained within a "black box?"
  • Does the crew know the survey requirements?
  • How long have the crew been together?
  • If it is a marine survey, how long has the vessel been used for surveying? Is this the first trip since a major re-build?
  • Have the action points from the last HSE audit been closed?
  • Have the action points from the last technical audit been closed?
In the case of proprietary work, a person from or a representative for the oil company would normally quality control the survey during acquisition. This person should know what the oil company requires (geophysical targets, quality of acquisition) and be able to use this information for discussion with the crew during acquisition as well as at the pre-survey meeting.
"It is important that this information is transferred to the acquisition members on the crew, and that as many of the crew as possible are present at the pre-survey meeting," she said. "Everyone wants to be good at the job, and this meeting is a catalyst in that process."
For speculative work, an independent quality control officer has to be inserted into the equation.
"For a product to be sold, a buyer would normally want to know about the reliability and validity of the product," Collins said. "The producer -- in this case, the seismic contractor -- therefore requires a dataset that can be shown to be within the bounds of the buyer's specifications.
"Independent quality control is able to give added value to the dataset."

A Healthy Tension?

Not surprisingly, geophysical contractors have a different view of outside quality control measures.
"It is safe to say there is more than a healthy tension between the current turnkey contractual model, which shifts risk to the contractor, and a heightened QC scrutiny," said Chip Gill, executive director of the Houston-based International Association of Geophysical Contractors.
"If the contractor is forced to take on the risk, then the contractor should be given the flexibility to manage that risk," Gill said. "Introducing a QC element into the equation that has authority over the contractor's operations fundamentally conflicts with the turnkey contract concept."
Can the presence of an independent quality control officer prevent contractors from performing as effectively as they otherwise would?
Collins said that depends on the attitude of the QC.
"For an efficient operation, the quality control needs to communicate effectively and work with the contractor and client," she said.
Communications between the QC and the oil company should be made routinely, she added, and any changes or exceptions to a plan or to expectations should be noted immediately. Good communications help crew members to be more at ease -- and helps the operation to proceed in a more efficient manner.
"By having a common aim it should be possible to work together constructively," she said.
Often it's simply about good manners, she added. The manner of people can make or break a survey -- and good manners help depersonalize potential arguments and make for a more positive atmosphere, which is conducive to effective, efficient work practices.

First Steps

Planning and preparation are crucial to a smooth operation.
As much information as possible about the survey must be collected as soon as possible in time for any questions to surface and for the pre-survey preparation, she said. The quality control officer also has to be well informed, needs an understanding of the survey specifications and has to be able to apply them.
"It is so important for the QC to be present at the pre-survey meetings in order to understand what the objectives are and to meet the appropriate people face to face," Collins said. "This one-on-one meeting aids communication, since later e-mail is likely to be the only form of contact -- and intended meanings sometimes aren't transmitted with that impersonal approach."
During the pre-survey meeting, specifications can be discussed and, ideally, there is enough confidence in the quality control officer's understanding of how the final product is produced that they are given permission to apply the specifications in a flexible manner.
"This confidence building can take time," she said, "so all opportunities to meet the appropriate people will help everyone in the long-term."
Collins said there is a critical need in the industry for young people interested in quality control work.
"There is a shortage of young QCs in the industry now who have had recent experience working for a contractor and that have used the latest technology," she said. "It is important, therefore, that we work together to ensure that younger people are frequently brought into the career system and that training is freely available.
"The chicken and egg situation exists, where QCs are not accepted if they have no experience," she continued. "As long as we are all aware of this situation, we should agree to cultivate the inexperienced QCs and give them the tools and opportunities they require.
"A reason why the work force is aging is because there are now fewer rewards for quality control personnel," she said. "This needs to change."