Intrument Test dilakukan setiap hari sebelum perekaman dilakukan.
Intrument Test dilakukan untuk memeriksa apakah FDU yang digunakan dalam
kondisi bagus atau tidak. Semua FDU yang digunakan pada hari itu harus
sudah menjalani Daily Instrument Test. Hasil Instrument Test pada panel
Numeric disimpan sebagai bukti Instrument Test telah dilakukan.
Untuk melakukan Instrument Test posisi Tab harus berada pada posisi Instrument. Hasil tes akan keluar pada tampilan Numeric dan Graphic. Pada kotak Absolute Spread kita menspesifikasikan posisi line dan receiver yang ingin di tes. Kotak Aux Descr digunakan untuk mendeskripsikan auxiliary channels yang ingin di tes. Gain yang ingin digunakan pada Instrument Test dapat dipilih apakah menggunakan G1 atau G2. Record Length / panjang perekaman dapat dipilih dari 1 – 99,9 detik. Tetapi pada tes Instrument Crosstalk panjang perekaman minimum adalah 5 detik pada Sample Rate 2 ms. Pada Daily Instrument Test kita harus merekam datanya, sehingga posisi pada tombol pilihan Record adalah Yes.
Jenis-jenis tes yang dilakukan adalah:
1. Instrument Noise (µV)
Selama tes channel input di short dengan menggunakan resistor internal. Geophone tidak terpasang.
2. Instrument Distortion (dB)
Selama tes geophone tidak terhubungkan. Generator pada FDU digunakan sebagai input channel yang sedang di tes.
3. Instrument Crosstalk (dB)
Tes ini terdiri dari dua tahap. Selama tahap pertama generator tes memberikan sebuah sinyal sinusoidal ke test network pada setiap FDU genap. Converter ADC pada setiap FDU ganjil mengukur tegangan yang dihasilkan pada test network-nya. Generator tes pada setiap FDU ganjil tidak diaktifkan. Kemudian pada tes tahap kedua sinyal sinusoidal diberikan pada setiap FDU ganjil dan tegangan yang dihasilkan diukur pada tes network setiap FDU genap.
4. Instrument Gain/Phase Error (%)
Tes ini memberikan error maksimum pada amplitudo dan fase. Geophone tidak terpasang. Generator yang berada di dalam FDU digunakan sebagai input channel yang sedang dites.
5. Common Mode Rejection (dB)
Selama tes, geophone tidak terpasang. Generator yang berada di dalam FDU digunakan sebagai input channel yang sedang dites.
Apabila setelah dilakukan Instrument Test ternyata ada FDU yang rusak maka harus dilakukan pergantian. Setelah pergantian FDU dilakukan maka dilakukan Instrument Tes ulang. Instrument Test sangat penting karena hasilnya mencerminkan kualitas alat yang digunakan.
Untuk melakukan Instrument Test posisi Tab harus berada pada posisi Instrument. Hasil tes akan keluar pada tampilan Numeric dan Graphic. Pada kotak Absolute Spread kita menspesifikasikan posisi line dan receiver yang ingin di tes. Kotak Aux Descr digunakan untuk mendeskripsikan auxiliary channels yang ingin di tes. Gain yang ingin digunakan pada Instrument Test dapat dipilih apakah menggunakan G1 atau G2. Record Length / panjang perekaman dapat dipilih dari 1 – 99,9 detik. Tetapi pada tes Instrument Crosstalk panjang perekaman minimum adalah 5 detik pada Sample Rate 2 ms. Pada Daily Instrument Test kita harus merekam datanya, sehingga posisi pada tombol pilihan Record adalah Yes.
Jenis-jenis tes yang dilakukan adalah:
1. Instrument Noise (µV)
Selama tes channel input di short dengan menggunakan resistor internal. Geophone tidak terpasang.
2. Instrument Distortion (dB)
Selama tes geophone tidak terhubungkan. Generator pada FDU digunakan sebagai input channel yang sedang di tes.
3. Instrument Crosstalk (dB)
Tes ini terdiri dari dua tahap. Selama tahap pertama generator tes memberikan sebuah sinyal sinusoidal ke test network pada setiap FDU genap. Converter ADC pada setiap FDU ganjil mengukur tegangan yang dihasilkan pada test network-nya. Generator tes pada setiap FDU ganjil tidak diaktifkan. Kemudian pada tes tahap kedua sinyal sinusoidal diberikan pada setiap FDU ganjil dan tegangan yang dihasilkan diukur pada tes network setiap FDU genap.
4. Instrument Gain/Phase Error (%)
Tes ini memberikan error maksimum pada amplitudo dan fase. Geophone tidak terpasang. Generator yang berada di dalam FDU digunakan sebagai input channel yang sedang dites.
5. Common Mode Rejection (dB)
Selama tes, geophone tidak terpasang. Generator yang berada di dalam FDU digunakan sebagai input channel yang sedang dites.
Apabila setelah dilakukan Instrument Test ternyata ada FDU yang rusak maka harus dilakukan pergantian. Setelah pergantian FDU dilakukan maka dilakukan Instrument Tes ulang. Instrument Test sangat penting karena hasilnya mencerminkan kualitas alat yang digunakan.
Tampilan window Operation
Ketika pilihan SOURCE dipilih pada menu Preference, maka pada panel utama Operation menyediakan sebuah tabel yang berisi informasi akuisisi dari data dan memungkinkan observer untuk memilih source point yang akan ditembak. Disebelah bawah panel terdapat hasil dari akuisisi dan informasi proses akuisisi data tersebut, yaitu Internal Time Break (ITB) dan Transmit Error.
Transmit Error (TE) terjadi apabila satu atau lebih kesalahan pada proses transmisi data terdeteksi pada Line. Internal Time Break (ITB) menunjukkan bahwa 408XL gagal menerima Time Break dan juga Time Break Window. ITB dihasilkan setelah Time Break Window mengikuti setelah Firing Order seleasi, dengan akurasi ± 5 ms.
Transmit Error (TE) terjadi apabila satu atau lebih kesalahan pada proses transmisi data terdeteksi pada Line. Internal Time Break (ITB) menunjukkan bahwa 408XL gagal menerima Time Break dan juga Time Break Window. ITB dihasilkan setelah Time Break Window mengikuti setelah Firing Order seleasi, dengan akurasi ± 5 ms.
TB Window adalah interval waktu yang mulai ketika 408XL mengirim sebuah Firing Order (FO). Selama TB Window, 408XL menunggu TB dari shooting system. Jika TB muncul dalam interval tersebut, kemudian akuisisi dimulai. Jika TB tidak muncul maka 408XL membuat sebuah Internal TB (ITB) dan akuisisi dimulai.
Tabel operasi source harus didefinisikan dengan menggunakan panel Source Operation Setup pada menu Preference. Kolom pada panel utama Operation adalah sama seperti pada panel Operation Setup
Selama akuisisi sebuah pesan ASCII diterima dari kotak blaster (melalui adaptor XDEV pada Auxiliary line) yang terdiri dari nilai:
1. Uphole Time (UHT)
Uphole Time adalah waktu pulsa dari ledakan terdeteksi oleh uphole. Ditentukan dengan menganalisa sinyal dari geophone uphole.
2. Confirmed Time Break (CTB)
CTB adalah banyaknya waktu dari arus yang mengalir ke detonator lebih besar dari 4 amps. Mulainya arus mengalir adalah sebagai awal dari Time Break.
Panel Process Type Setup digunakan untuk menyediakan informasi dari tipe pemprosesan data. Record Length (1,0 – 99,9 detik) adalah lamanya waktu perekaman data. Pada model Impulsive, waktu ini sama dengan lamanya akuisisi data. Refraction Delay (0 – 64.000 ms) adalah selisih waktu antara Time Break yang diterima oleh 408XL dengan dimulainya akuisisi. TB Window (0 – 64.000 ms) adalah interval waktu yang dimulai ketika 408XL mengirim sebuah Firing Order (FO). Selama TB Window, 408XL menunggu TB dari shooting system. If TB muncul pada interval tersebut maka akuisisi dimulai. Jika tidak maka 408XL akan menghasilkan sebuah Internal TB (ITB) dan akuisisi dimulai. AUX Process Descriptor adalah untuk mendefinisikan proses yang ingin dilakukan pada channel auxiliary.
Panel Process Type Setup seperti yang di bawah terdiri dari sebuah tabel yang berisi karakteristik dari perencanaan Shot Point secara berurutan.
Spread Option memungkinkan kita untuk memilih antara “Absolute” dan “Generic”. Dengan memilih “Absolute” kita harus menspesifikasi spread dari akuisisi yang akan digunakan secara komplit untuk setiap tembakan. Ketika kita mengisi file SPS ke database pada dengan menggunakan Log, maka akan secara otomatis akan mengaktifkan tabel operasi dengan menggunakan spread Absolute.
Sebuah spread “Generic” akan mendeskripsikan pola dari channel aktif. Generic sangat berguna jika pemprograman spread diselesaikan secara manual dan kita tidak ingin mengubah deskripsi setiap kali spread bergeser.
Shot/Vp Id adalah untuk nomor Shot point atau Vibrated Point. Break Point adalah untuk memberikan identitas apakah pada Shot Point tersebut sudah dilakukan penembakan atau belum. Source Line untuk menandakan pada Line berapa sumber getaran atau Shot Point berada. Source Receiver adalah untuk menandakan pada Line berapa Receiver atau geophone berada. Sfl, Spread First receiver Position Number, adalah Receiver Position atau nomor trace terendah pada spread. Pada generic spread Sfn diisi oleh operator, sedangkan pada absolute spread Sfl secara otomatis akan dihitung oleh sistem.
Dengan menekan tombol GO maka Firing Order akan terkirim. Dengan menekan ABORT maka akan menginterupsi shot point yang sedang ditembak setelah proses akuisisi selesai. Sebuah kotak dialog akan tampil dan memberikan pilihan apakah ingin merekam data atau menggagalkan shot point. Pilih OK jika ingin merekam akuisisi. Jika memilih CANCEL maka proses akuisisi tidak akan direkam.
Selama penembakan dapat terjadi kegagalan-kegagalan atau disebut juga dengan Misfire. Ada Misfire yang terjadi sehingga harus dilakukan redrill, dan ada juga yang tidak.
Misfire yang terjadi sehingga harus dilakukan redrill diantaranya adalah:
1. Dead Cap
Dead Cap terjadi karena detonator tidak aktif, atau dapat juga terjadi karena kabel detonatornya terlepas atau open. Dapat terdeteksi dengan nilai hambatan detonator yang terukur pada blaster yang terlalu besar.
2. Short Wire
Short Wire terjadi karena kabel detonator terkelupas dan terhubung dengan kabel pasangannya dai polaritas yang berbeda. Short Wire terdeteksi dengan nilai hambatan detonator yang terukur pada blaster terlalu kecil.
3. Lost Wire
Lost Wire atau hilangnya kabel detonator dapat terjadi karena dua hal. Yang pertama dapat terjadi karena kabel detonator tersebut terperosok ke dalam lubang sehingga tidak mungkin lagi untuk diambil. Atau dapat juga hilang karena diambil atau ditarik oleh orang secara sengaja maupun tidak sengaja. Biasanya ada beberapa orang warga setempat yang sengaja mengambil kabel detonator tersebut untuk dijual.
4. Lost Hole
Lost Hole atau hilang lubang dapat terjadi karena hilangnya patok shot point sehingga shooter tidak dapat mencari posisi lubang tembak. Adanya kompensasi dan offside akan mempertambah sulit shooter dalam mencari lubang tembak terutama apabila patoknya hilang.
5. Cap Only
Cap Only terjadi karena pada saat penembakan hanya detonatornya saja yang meledak sedangkan bahan peledaknya tidak, sehingga getaran yang dihasilkan tidak cukup kuat.
6. Weak Shot
Weak Shot terjadi karena hanya sebagian dari bahan peledak saja yang ikut meledak sehingga getaran yang dihasilkannya lemah.
7. No CTB & UHT
No CTB & UHT terjadi karena 408XL tidak dapat menerima Confirm Time Break dan Uphole Time dari blaster slave. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah karena komunikasi radio yang buruk. Komunikasi radio yang buruk dapat menyebabkan No CTB & UHT dikarenakan pengiriman data CTB dan UHT dari blaster slave ke blaster master di LABO adalah melalui transmisi radio. No UHT dapat terjadi karena shooter tidak memasang geophone Uphole dengan baik.
8. DAS (Dead After Shot)
DAS adalah kegagalan yang muncul setelah penembakan dilakukan. Sebelum penembakan dilakukan tidak ada kerusakan pada detonator yang terukur. Tetapi setelah penembakan dilakukan terjadi kerusakan pada detonator yang terdeteksi.
9. Low Frequency
Low Frekuency terjadi karena rendahnya frekuensi yang dihasilkan oleh sumber getar. Low Frequency menyebabkan data yang terekam tidak bagus. Low Frequency dapat disebabkan karena areanya yang menyerap energi dari sumber getar, atau karena penanaman bahan peledak yang kurang dalam.
10. Line Cut
Line Cut terjadi karena adanya kegagalan pengiriman data melalui kabel pada saat akuisisi data sehingga sebagian data hilang. Line Cut biasa terjadi karena transmission error yang disebabkan oleh efek statik. Efek statik sering terjadi apabila cuaca mendung atau berawan. Efek statik dapat terjadi pada saat proses akuisisi berlangsung sehingga sulit untuk diprediksi.
11. Wrong Spread
Wrong Spread terjadi karena tidak cocoknya antara shot point yang ditembak dengan channel yang aktif. Wrong spread dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama adalah karena adanya kesalahan pada pemprograman yang dilakukan oleh operator Labo. Wrong Spread juga dapat terjadi karena kesalahan posisi yang dilakukan oleh shooter. Wrong Spread dapat dihindari dengan mencek program sebelum penembakan, dan mencek posisi shooter.
12. Lost Record
Lost Record terjadi karena kegagalan dalam merekam data ke dalam cartridge setelah data berhasil diakuisisi. Lost Record dapat terjadi karena recorder sedang di bypass, atau juga dapat terjadi karena konektivitas yang tidak baik antara cartridge dengan PRM.