My Galery

WELCOME MY BLOGER . vickybabel10.blogspot.com. DRILLING. RECORDING. HSE. TOPOGRAFI. FREELOADING. CLEARING / BRIDGING. SEISMIC SURVEY ACQUISITION

Sunday, March 6, 2016

3. PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BUMI MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKS



Prinsip Kerja Penentuan Struktur Bawah Permukaan Bumi menggunakan Metode Seismik Refraksi Gelombang seismik merupakan gelombang mekanis yang terjadi dibumi baik yang bisa disebabkan secara alam maupun oleh buatan manusia. Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui penampang struktur bawah permukaan. Metode ini mencoba menentukan kecepatan gelombang seismik yang menjalar di bawah permukaan bumi. Metode seismik refraksi didasarkan pada sifat penjalaran gelombang yang mengalami refraksi dengan sudut kritis tertentu yaitu bila dalam perambatannya, gelombang tersebut melalui bidang batas yang memisahkan suatu lapisan dengan lapisan yang di bawahnya yang mempunyai kecepatan gelombang lebih besar. Prinsip kerja penentuan struktur bawah permukaan bumi menggunakan metode seismik refraksi melibatkan perlengkapan umum yang dapat digunakan dalam eksplorasi dengan menggunakan metode seismik adalah: a. Perlengkapan Pribadi, antara lain: 1) Baju lapangan 2) Sepatu lapangan, disesuaikan dengan medan yang disurvei 3) Topi 4) Makanan dan minuman 5) Obat pribadi (P3K) 6) Payung 7) Perlengkapan mandi (apabila survei yang dilakukan lebih dari satu hari dan diharuskan menginap). b. Alat Komunikasi, seperti handy talky (HT), handphone (HP)atau semaphore, peluit.Kompas c. Alat tulis d. Kertas berkotak disertai tabel untuk memudahkan mencatat hasil survei. e. Meteran f. Papan sebagai alas untuk menulis

Kamera untuk alat dokumentasi Alat yang digunakan untuk survei darat adalah alat yang digunakan untuk membuat sumber seismik dapat berupa palu seismik (hammer), ledakan (eksplosien), weigh drop, watergun dan truk seismik. Sedangkan alat penerima gelombang seismiknya adalah geophone. Alat lain yang digunakan dalam metode seismik adalah seismometer. Seismometer adalah alat yang digunakan untuk merespon getaran tanah akibat gempa bumi. Seismograf adalah gabungan antara seismometer dan alat perekam yaitu alat untuk mendeteksi dan merekam getaran tanah. Alat perekam merupakan serangkaian detektor (geophone) yang umumnya disusun membentuk garis lurus dengan sumber ledakan (profil line), kemudian dicatat/direkam oleh suatu alat seismogram. Seismogram adalah rekaman dari getaran kerak bumi dalam kurun waktu tertentu, dari rekaman tersebut dapat diketahui seberapa besar getaran yang ditimbulkan oleh kerak bumi. (a) (a) Seismometer (b) Seismogram, (c) Seismograf Gambar 2.11 (a) Seismometer, (b) Seismogram, (c) Seismograf

Seismograf, alat pengukur gempa ada 2 jenis, yaitu: a. Seismograf Horizontal b. Seismograf Vertikal Seismograf Horizontal berfungsi untuk mencatat getaran bumi pada arah mendatar. Pada Seismograf Horizontal, massa stasioner digantung dengan sebuah tali. Di bagian bawah terdapat jarum yang ujungnya menyentuh roll pita, yang selalu berputar searah jarum jam. Tiang penompang roll pita terpancang pada tanah. Pada waktu terjadi gempa, roll pita bergetar, sedangkan massa stasioner dan jarum jam tetap. Maka terbentuklah goresan pada roll pita tersebut yang disebut Seismogram. Seismograf Horisontal dan Seismograf Vertikal. Seismograf Vertikal berfungsi untuk mencatat getaran gempa vertikal. Massa Stasioner pada Seismograf vertikal ditahan oleh sebuah pegas (P) dan sebuah tangkai berengsel. Ujung massa stasioner yang berjarum disentuhkan pada roll pita yang selalu bergerak searah jarum jam. Jika terjadi getaran gempa, maka roll pita akan bergerak sehingga akan terbentuk seismogram pada roll pita tersebut. Dengan menggunakan alat pengukur gempa, seismograf vertikal dan seismograf horizontal gempa yang terjadi baik gempa vertikal maupun gempa horizontal akan tercatat dan terdeteksi.

keakuratan data gempa yang diperoleh, maka lebih baik jika pada sebuah stasion BMG dipasang 3 alat pengukur gempa atau Seismograf yaitu 2 pasang Seismograf Horizontal yang dipasang arah utara-selatan dan arah timur–barat, serta satu seismograf Vertikal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dari arah mana getaran gempa terjadi. Peralatan yang digunakan oleh seismik drilling diantaranya adalah: a. Mesin Power Rig Mesin Power Rig adalah mesin pemutar bor yang digunakan pada pemboran. Mesin ini sesuai untuk melakukan pengeboran dengan kedalaman 22 sampai 30 m danmembutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, serta dapat menembus batuan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan rotari. b. Mesin Dephi Pump Alat ini berfungsi untuk menyedot air dan mengalirkannya ke lokasi pengeboran. c. Mesin Mud Pump Mud Pump berfungsi untuk menyedot air yang bercampur dengan cutting pemboran dan mengalirkannya menuju pipa bor. Lumpur ini berfungsi untuk menekan tanah agar gembur, mengangkat cutting hasil pengeboran dan melindungi mata bor agar tidak bergesekan langsung dengan batuan. Jika lubang bor sangat dalam, maka mesin mud pump dapat dirangkai secara seri untuk memperbesar tekanan. d. King Swivel Alat ini digunakan untuk menyambung selang dari mud pump ke pipa bor. King swivel tidak dilakukan pada pengeboran dengan menggunakan power rig dan Jackro. King swivel digunakan pada pengeboran dengan metode flushing. e. Pipa Bor .

Pipa bor berguna untuk mengalirkan air atau lumpur ke dalam lubang bor selama pengeboran. Pipa bor memiliki panjang 1,5 m dengan persambungan pada kedua ujungnya. f. Mata Bor Mata bor berguna untuk mengikis tanah atau batuan pada lubang bor. Pada mata bor terdapat lubang untuk mengalirkan air atau lumpur. g. Tripus Tripus adalah mata bor khusus yang terbuat dari intan kasar. Mata bor ini digunakan untuk menghancurkan batuan keras, tetapi tidak bisa bekerja pada batuan halus atau tanah lembut. h. Kunci Inggris Alat ini digunakan untuk menyambung dan melepaskan pipa bor. Selain itu juga difungsikan untuk mengangkat dan melepaskan pipa bor. i. Fire Hose Fire Hose adalah selang air yang digunakan untuk mengalirkan air ke tempat pengeboran. j. Polimer Polimer digunakan untuk menghindari terjadinya keruntuhan pada dinding lubang bor. Cairan ini digunakan dengan cara mencampurkannya dengan air atau lumpur yang akan dimasukkan ke dalam pipa bor. Cairan ini sangat dibutuhkan terutama pada tanah yang berpasir. k. Ginagol Alat ini digunakan untuk menyaring air atau lumpur yang akan dimasukkan ke dalam pipa bor. l. Lastok Alat ini berupa pipa yang digunakan untuk memasukkan bahan peledak ke dalam lubang pengeboran. Lastok terbuat dari bahan alumunium untuk menghindari timbulnya api, yang dapat menyulut bahan peledak, akibat gesekan.

Daya Gel meledak karena dipicu oleh ledakan detonator p. Speedy Loader Speedy loader berupa plastik berbentuk kerucut yang dipasang bersama Daya Gel dan detonator. Speedy loader berbentuk kerucut di pasang di bagian depan Daya Gel yang berfungsi untuk mempermudah bahan peledak untuk dimasukkan ke dalam lubang bor. q. O Ring O Ring adalah cincin besar yang terbuat dari plastik untuk mengikat kabel detonator. Fungsinya adalah untuk mempermudah dalam mengambil kabel detonator yang ditanam di dalam lubang bor. Detonator meladak akibat arus listrik tersebut · Kabel detonator diberikan arus listrik · Detonator dimasukkan ke dalam Daya Gel ·24 m.Dummie Load Dummie load berfungsi untuk memeriksa kebersihan dan kedalaman lubang bor. Dummie load memiliki bentuk silinder panjang yang memiliki diameter hanya sedikit lebih kecil dari pada diameter lubang bor. n. Daya Gel Daya Gel adalah salah satu jenis bahan peledak yang berbentuk gel. Daya Gel berbentuk batang dengan panjang 0,25 m, diameter 3 inci, dan berat 0,5 kg. Daya Gel dikemas dalam plastik dan diberikan lapisan lilin agar terlindungi dari air. Daya Gel merupakan bahan peledak pasif karena membutuhkan stimulan dari detotator agar dapat meledak. o. Detonator Detonator adalah bahan peledak aktif yang berfungsi sebagai sumbu ledak. Detonator dapat meledak apabila diberikan tegangan di atas 6 volt. Proses peledakannya adalah sebagai berikut:

Anchor Anchor adalah besi yang dipasang di bagian luar bahan peledak yang berfungsi untuk menahan bahan peledak agar tidak terdorong kelaur lubang bor. Gambar 2.13 Speedy Loader dan Anchor (Sumber: Ulla, 2008) Prinsip kerja penentuan struktur bawah permukaan bumi menggunakan metode seismik refraksi 1. Survei lapangan Tahap pertama dari suatu perencanaan survei seismik refraksi adalah memilih lokasi dan panjang lintasan survei dengan menggunakan peta topografi daerah penyelidikan. Lokasi lintasan survei harus di set untuk mencapai tujuan survei secara efisien, yaitu menggunakan informasi yang ada pada peta topografi dan peta geologi. Rekaman titik penerima kedatangan pertama (first arrival) merupakan gelombang langsung dan kedatangan pertama (first break) dari gelombang refraksi tidak muncul (Parasnis, D.S, 1973). 2. Pengambilan data/ akuisisi data seismik a. Topografi Dalam survei seismik posisi koordintat SP (shot point) dan TR (trace) sangat penting sekali diperhatikan, karena hal ini menyangkut dengan kualitas data yang akan dihasilkan. Dalam membuat desain survei seismik terdapat beberapa parameter lapangan yang harus diperhatikan : 1) Trace interval : Jarak antara tiap trace

Shot point interval: jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya 3) Far Offset: Jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh terjauh 4) Near Offset: Jarak antara sumber seismik dengan trace terdekat 5) Jumlah shot point: Banyaknya SP yang digunakan dalam satu lintasan 6) Jumlah Trace: Banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP 7) Record length lamanya merekam gelombang seismik 8) Fold coverage: Jumlah atau seringnya suatu titik di subsurfece terekam oleh geophone di permukaan b. Pengukuran Titik Kontrol Langkah pertama dalam pembuatan titik kontrol adalah mendistribusikan pilar-pilar GPS pada seluruh area. Kemudian BM GPS ini dipasang pada area survei sesuai dengan distribusi di mana pilar tersebut dipasang. Titik BM yang telah diketahui digunakan untuk menentukan koordinat-koordinat lain yang belum diketahui, misalnya koordinat shoot point atau koordinat receiver. Pada dasarnya pengukuran GPS selalu diikatkan dengan titik dari Bakosurtanal yang bertujuan untuk mengikatkan titik koordinat secara global sehingga titik koordinat tersebut dapat dikorelasikan dengan titik koordinat peta yang lain. Gambar 2.14 Pengukuran Titik Kontrol

Pengukuran Lintasan Seismik 1) Pengukuran Lintasan Seismik & Pemasangan patok SP dan TR Pengukuran lintasan seismik yang meliputi pengukuran titik tembak (SP) dan titik rekam (TR) dilakukan dengan menggunakan peralatan total station. 2) Pembuatan Titian dan Rintisan Titian dibuat untuk mempermudah dan memperlancar kerja ketika survei menemukan lokasi yang tidak bisa dilewati sepeti: irigasi, parit, sungai atau rawa Sehingga mengefektifkan waktu dan kerja crew baik drilling maupun recording.  Pengukuran Lintasan Seismik d. Pemboran dangkal/Drilling Drilling adalah pemboran dangkal pada survei Seismik yang bertujuan untuk membuat tempat penanaman dinamit sebagai sumber energi (source) pada perekaman. Kedalaman lubang bor biasanya 30 m dengan diameternya sekitar 11 cm. Penentuan kedalaman lubang bor ini berdasarkan tes percobaan yang dilakukan sebelumnya. Kedalaman ini terletak di bawah lapisan lapuk (weathering zone).

Pemasangan dinamit/Preloading Pada survei seismik digunakan sumber energi dinamit untuk di darat. Dinamit yang digunakan dalam tabung plastik dan dapat disambung- sambung sesuai dengan berat yang diinginkan untuk ditanam. Di dalam tabung ini dinamit diisi dengan detenator atau ‘cap’ sebagai sumber ledakan pertama, serta dipasang pula anchor agar dinamit tertancap kuat di dalam tanah. Pemasangan dinamit (preloading) dilakukan langsung setelah pemboran selesai, dengan tujuan untuk menghindari efek pendangkalan dan runtuhan di dalam lubang. Pengisian dinamit dilakukan oleh regu loader yang dipimpin oleh seorang shooter yang telah mempunyai pengetahuan keamanan yang berhubungan dengan bahan peledak dan telah memiliki lisensi tertulis dari MIGAS.


Perekaman /Recording Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik, yaitu merekam data seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya akan diproses oleh pusat pengolahan data (processing centre). Sebelum melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai dengan posisi dan lintasannya berdasarkan desain survei 2D. Pada saat perekaman, yang memegang kendali adalah observer dengan memakai perlengkapan alat recording yang disebut LABO. Gambar 2. 18 Peralatan yang digunakan dalam proses recording antara lain: 1. Kabel Trace: Kabel penghubung antar trace. 2. Geophone: Penerima getaran dari gelombang sumber yang berupa sinyal analog. 3. SU (Stasiun Unit): Pengubah sinyal analog dari trace ke dalam digital yang akan ditransfer ke LABO. 4. PSU (Power Stasiun Unit): Berfungsi memberikan energi pada SU 70 A / 16 Volt.  Penembakan (Shooting) Saat peledakan dan perekaman tidak semua data terekam sempurna, kadang-kadang dinamit tidak meledak, Up Hole tidak terekam dengan baik, banyak noise, dsb. Kejadian ini disebut misfire, beberapa istilah misfire yang sering digunakan di lapangan: 1) Cap Only : dinamit tidak meledak, detenator meledak 2) Dead Cap : hubungan pendek, dinamit tidak meledak

Loss wire : kabel deto tidak ditemukan 4) Weak Shot : tembakan lemah, frekuensi rendah 5) Line Cut : kabel terputus saat shooting 6) Parity Error : instrumen problem 7) No CTB : no confirmation time break 8) Loss Hole : lubang dinamit tidak ditemukan 9) Reverse Polaritty : polaritas terbalik 10) Bad/No Up Hole : UpHole jelek atau tidak ada (pada monitor record atau blaster) 11) Dead Trace : trace mati 12) Noise Trace : terdapat noise pada trace  Survei Seismik) 3. Pengolahan Data Pengolahan data seismik bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur geologi bawah permukaan yang mendekati struktur yang sebenarnya. Hal ini dapat dicapai apabila rasio antara sinyal seismik dengan sinyal gangguan (S/N ratio) cukup tinggi. Karena proses pengolahan data akan mempengaruhi seseorang interpreter dalam melakukan interpretasi, maka diperlukan proses pengolahan data yang baik, tepat dan akurat. Kesalahan sedikit dalam processing akan menyebabkan seorang interpreter menginterpretasikan yang salah juga. Urutan Pengolahan data seismik dapat berbeda-beda tergantung dari perangkat lunak yang digunakan. Namun secara garis besar urutan pengerjaan pengolahan data adalah sama. Secara umum tahap pengolahan data seismik adalah sebagai berikut: a. Field Tape Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format tertantu. Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration Geophysics) b. Demultiplex

Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita magnetik lapangan sebelum diperoses terlebih dahulu harus diubah susunannya. c. Gain Recovery Akibat adanya penyerapan energi pada lapisan batuan yang kurang elastis dan efek divergensi sferis maka data amplitudo (energi gelombang) yang direkam mengalami penurunan sesuai dengan jarak yang ditempuh. Untuk menghilangkan efek ini maka perlu dilakukan pemulihan kembali energi yang hilang sedemikian rupa sehingga pada setiap titik seolah-olah datang dengan jumlah energi yang sama. Proses ini dikenal dengan istilah Automatic Gain Control (AGC) sehingga nantinya menghasilkan kenampakan data seismik yang lebih mudah diinterpretasi. d. Editing dan Muting Editing adalah proses untuk menghilangkan semua rekaman yang buruk, sedangkan mute adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang diperkirakan sebagai sinyal gangguan seperti ground roll, first break dan lainnya yang dapat mengganggu data. e. Koreksi statik Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi (elevasi shot dan receiver) sehingga shot point dan receiver seolah- oleh ditempatkan pada datum yang sama. f. Dekonvolusi Dekonvolusi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh ground roll, multiple, reverberation, ghost serta memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat pengaruh noise. Dekonvolusi merupakan proses invers filter karena konvolusi vmerupakan suatu filter. Bumi merupakan low pass

Filter yang baik sehingga sinyal impulsif diubah menjadi wavelet yang panjangnya sampai 100 ms. Wavelet yang terlalu panjang mengakibatkan turunnya resolusi seismik karena kemampuan untuk membedakan dua event refleksi yang berdekatan menjadi berkurang. g. Analisis Kecepatan Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan yang sesuai untuk memperoleh stacking yang terbaik. Pada grup trace dari suatu titik pantul, sinyal refleksi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk pola hiperbola. Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses stacking adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang maksimum. h. Koreksi Dinamik/Koreksi NMO Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset antara shot point dan receiver pada suatu trace yang berasal dari satu CDP (Common Depth Point). Koreksi ini menghilangkan pengaruh offset sehingga seolah-olah gelombang pantul datang dalam arah vertikal (normal incident). i. Stacking Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather data yang bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N). Proses ini biasanya dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace- trace yang tergabung pada satu CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk mendapat satu trace yang tajam dan bebas noise inkoheren. j. Migrasi Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan kedudukan reflektor pada posisi dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang. Hal ini disebabkan karena


Penampang seismik hasil stack belumlah mencerminkan kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman normal incident belum tentu tegak lurus terhadap bidang permukaan, terutama untuk bidang reflektor yang miring. Selain itu, migrasi juga dapat menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang muncul akibat adanya struktur-struktur tertentu (patahan, lipatan). 4. Interpretasi Data Interpretasi seismik itu terdiri dari dua bagian, yaitu interpretasi kualitatif dan interpretasi kuantitatif. Tahapan interpretasi biasanya diawali dengan kualitatif lalu kemudian ke kuantitatif. Interpretasi merupakan suatu cara analisis menafsirkan keadaan bawah permukaan dari data geofisika. Interpretasi geofisika merupakan cara menafsirkan dan menyimpulkan sebaran data geofisika yang dikaitkan dengan cara analisis serta batasan fisis yang digunakan, sedangkan interpretasi geologi adalah cara menafsirkan data hasil interpretasi geofisika menjadi model geologi bawah permukaan. Interpretasi seismik refraksi memiliki keterbatasan yang berarti banyak alternatif model yang dibuat untuk satu set data tertentu yang tergantung asumsi, parameter, serta cara pendekatan yang dipakai. Analisis kuantitatif diturunkan dari kurva travel time untuk mendapatkan parameter bawah permukaan. Metode ini menggunakan analisis gelombang pandu yang umumnya disebut first break dan akan berhasil dengan baik jika kecepatan gelombangnya semakin ke bawah semakin besar (Taib, M. I. T, 2000).

Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di depan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Metode seimik refraksi Metode seismik refraksi adalah metode geofisika yang mempelajari bumi berdasarkan kecepatan penjalaran gelombang getar/gempa dalam permukaan bawah permukaan bumi yang menggunakan prinsip pembiasan. 2. Prinsip Dasar Penentuan Struktur Bawah Permukaan Bumi menggunakan Metode Seismik Refraksi Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari posisi sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Setelah usikan diberikan, terjadi gerakan gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu. Berdasarkan data rekaman ini dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur di dalam tanah. 3. Prinsip Kerja Penentuan Struktur Bawah Permukaan Bumi menggunakan Metode Seismik Refraksi a. Survei lapangan Merupakan tahap pertama dari suatu perencanaan survei seismik refraksi adalah memilih lokasi dan panjang lintasan survei dengan menggunakan peta topografi daerah penyelidikan. Lokasi lintasan survei harus di set untuk mencapai tujuan survei secara efisien, b. Pengambilan data/ akuisisi data seismik 1) Topografi 2) Pengukuran titik control 3) Pengukuran lintasan seismik .

Pemboran dangkal/Drilling 5) Pemasangan dinamit/Preloading 6) Perekaman/Recording 7) Penembakan/Shooting c. Pengolahan data Pengolahan data seismik bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur geologi bawah permukaan yang mendekati struktur yang sebenarnya. d. Interpretasi data. Interpretasi merupakan suatu cara analisis menafsirkan keadaan bawah permukaan dari data geofisika B. Saran Selain pembahasan mengenai eksplorasi permukaan struktur bawah permukaan bumi menggunakan metode seismik refraksi, penulis menyarankan: 1. Dapat dilakukan kajian lebih lanjut tentang metode geofisika yang lain yang berguna untuk mengetahui sumber daya alam yang tersimpan di dalam lapisan bawah permukaan bumi. 2. Untuk menambah wawasan, pembaca disarankan untuk membaca aplikasi lain dari metode seismik refraksi sebagai upaya untuk eksplorasi lapisan bawah permukaan bumi. 3. Untuk membandingkan hasil litologi batuan bawah permukaan perlu adanya pengujian batuan lebih lanjut.