My Galery

WELCOME MY BLOGER . vickybabel10.blogspot.com. DRILLING. RECORDING. HSE. TOPOGRAFI. FREELOADING. CLEARING / BRIDGING. SEISMIC SURVEY ACQUISITION

Monday, March 28, 2011

THEORETICAL TOPOGRAPHIC DATA

es, the beginning anTheoretical data obtained from the calculation that will be used as a reference in field measurment.The data obtained are trace the beginning and end of the trace given by the client with the coodinates that have been at set, from beginning and end of the traces,traced then made liaison with the calculation
1- Determine the large agle (a) of the initial trace (A).
2- Then trajectory is divided into distance d= 30 meters (the between the trace) and obtained values of x and y for each trace in the path :
Theoretical data can be calculated by using Microsoft Exsel. Then the result in autocad infut into program, and after that can be displayed as maps navigasi. Data teoretical infut into the memory card to be installed on the total theoretical station.Data is the used as the reference team topographic surveys in the measurment.Topographic survey to determine the trace and shoot point dots accurately according schedule given client,topographic in seismic survey is process to determine coordinate field (x,y,z) based on the theoretical map.Coordites theoretical planimetric coordites and elavation were detemined by field measurment.Theoretical coordites made based on parameters that werw supplied by the client,the client usually given the coorditd end of line ,a trace interval and the interval shoot point.




Sipat Datar/Levelling/Waterpassing

Pengukuran sipat datar/leveling/waterpassing bertujuan untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik di atas permukaan bumi. Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi ditentukan dari suatu bidang referensi, yaitu bidang yang dianggap ketinggiannya nol. Bidang ini dalam Geodesi disebut bidang geoid, yaitu bidang equipotensial yang berimpit dengan permukaan air laut rata-rata (mean sea level). Bidang equipotensial juga disebut bidang nivo, dimana bidang ini selalu tegak lurus dengan arah gaya berat dimana saja dipermukaan bumi 
Prinsip pengukuran sipat datar
Pengukuran sipat datar adalah penentuan beda tinggi antara dua titik atau lebih dengan garis bidik horisontal yang diarahkan pada rambu-rambu yang berdiri tegak atau vertikal. Garis bidik (lurus) dapat dipenuhi dengan alat teropong, sedangkan untuk membuat mendatar dibantu dengan nivo tabung.
Prinsip dasar pengukuran beda tinggi metode sipat datar adalah dengan menghitung selisih bacaan benang tengah rambu muka dan rambu belakang yang didirikan pada kedua titik pengamatan. Gambaran prinsip pengukuran sipat datar dapat dilihat pada gambar
Keterangan gambar :
a : bacaan benang tengah rambu belakang
b : bacaan benang tengah rambu muka
HA dan HB : tinggi titik A dan B diatas bidang referensi.
∆HAB : beda tinggi antara titik A dan B
Berdasarkan gambar (I.1) tersebut dapat dicari beda tinggi antara titik A dan B dengan persamaan :
∆HAB = a – b
Untuk menentukan tinggi suatu titik dengan sipat datar dibutuhkan sedikitnya satu titik lain yang telah diketahui tingginya. Dengan mengasumsikan tinggi titik A (HA) telah diketahui, maka tinggi titik B (HB) dapat dicari dengan persamaan :
HB = HA + ∆HAB
Apabila alat didirikan di antara dua buah rambu, maka antara dua buah rambu dinamakan slag yang terdiri dari bidikan ke rambu muka dan rambu belakang. Pada teropong, selain garis bidik atau benang tengah (BT), umumnya dilengkapi dengan benang stadia, yaitu benang atas (BA) dan benang bawah (BB). Selain untuk pengukuran jarak optis, bacaan BA dan BB kontrol pembacaan benang tengah (BT), dimana seharusnya pembacaan BT = ½ (BA+BB)


Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh (Inderaja)
Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1994)
Pengumpulan data penginderaan jauh dilakukan dengan menggunakan alat pengindera atau alat pengumpul data yang disebut sensor. Berbagai sensor pengumpul data dari jarak jauh, umumnya dipasang pada wahana (platform) yang berupa pesawat terbang, balon, satelit, atau wahana lainnya. Objek-objek data atau objek yang indera adalah objek yang terletak di permukaan bumi, di atmosfer (dirgantara) dan di antariksa. Pengumpulan data tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, sesuai dengan tenaga yang digunakan. Tenaga yang digunakan dapat berupa variasi distribusi energi elektromagnetik. Data penginderaan jauh dapat berupa citra (imaginery), grafik, dan data numerik. Data tersebut dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang objek, daerah, atau fenomena daerah yang diindera atau yang diteliti. Proses penerjemahan data menjadi informasi disebut analis atau interpretasi data. Apabila proses penerjemahan tersebut dilakukan secara digital dengan bantuan komputer disebut interpretasi digital.
Analisis data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data statistik, dan data lapangan. Hasil analisis yang diperoleh berupa informasi mengenai bentang lahan, jenis penutup lahan, kondisi lokasi, dan kondisi sumber daya daerah yang diindera. Informasi tersebut bagi para pengguna dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dalam mengembangkan daerah tersebut. Keseluruhan proses mulai dari pengambilan data hingga penggunaan data disebut Sistem Penginderaan Jauh.



Hitung Perataan Kuadrat Terkecil


Setiap pengukuran selalu dihinggapi kesalahan yang sifatnya acak. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode yang dapat menentukan nilai parameter tertentu dengan meminimalkan kesalahan acak. Hitung perataan adalah suatu cara untuk menentukan nilai koreksi yang harus diberikan pada hasil pengukuran, sehingga hasil pengukuran memenuhi syarat geometriknya (Wolf, 1980). Syarat geometrik merupakan suatu kondisi yang harus dipenuhi dari hubungan suatu pengukuran dengan pengukuran lainnya.
Hitung perataan kuadrat terkecil dimaksudkan untuk mendapatkan harga estimasi dari suatu parameter yang paling mendekati harga yang sebenarnya dengan cara menentukan besaran yang tidak diketahui (parameter) dari sekumpulan data ukuran yang mempunyai pengamatan lebih. Penyelesaian hitung kuadrat terkecil dilakukan dengan mencari suatu nilai akhir yang unik dengan cara tertentu sehingga jumlah kuadrat residualnya (VTPV) minimum, sehingga tidak mungkin ada nilai hasil hitungan lain yang jumlah kuadrat residualnya (VTPV) lebih kecil (Hadiman, 1991). Nilai parameter yang diperoleh dengan hitung perataan sebenarnya merupakan nilai estimasi terhadap nilai benar atau representasi dari nilai terbaik. Prinsip hitung perataan adalah adanya ukuran lebih atau derajat kebebasan. Persamaan untuk menghitung derajat kebebasan (r) adalah :
r = n – u
Dalam hal ini :
n = jumlah pengukuran
  u = jumlah parameter yang akan dicari