Ilustrasi Kilang Minyak
Ilustrasi Kilang Minyak (sumber: Antara)
Jakarta -Pasar survei seismik di Indonesia masih dikuasai perusahaan asing. Padahal perusahaan lokal berpotensi menjadi tuan rumah di negeri sendiri jika pemerintah mendukung melalui kemudahan investasi teknologi dan proteksi.
Diperkirakan, total nilai proyek survei seismik di Indonesia mencapai US$ 300-500 juta per tahun.
Direktur Utama PT Gelombang Seismik Indonesia (GSI) Benyamin Dwijanto menilai pemerintah perlu menerapkan kebijakan protektif agar perusahaan lokal mampu berkembang. Misalnya, untuk setiap proyek bernilai maksimal US$ 10 juta, harus dikerjakan oleh perusahaan lokal.
"‎Pemerintah juga perlu mendukung dalam bentuk investasi teknologi canggih, seperti yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok," katanya usai penandatangan kerja sama kegiatan survei seismik antara PT Sucofindo dan PT Gelombang Seismik Indonesia di Jakarta, Rabu (1/10).
Sejak dilakukan kegiatan seismik data akuisisi di Indonesia pada 1960, perusahaan Eropa dan Amerika Serikat seperti CGG SA (Prancis), Geokinetik, Delta dan Gecoprakla telah mendominasi. Adapun pasar survei seismik Indonesia saat ini didominasi perusahaan Tiongkok seperti BGP, Daqing, Henan Petroleum, dan  Sinopec Internasional Petroleum. Ruang lingkupnya meliputi survei seismik di darat, zona transisi darat laut, laut dangkal hingga laut dalam.
Indonesia hanya memiliki beberapa perusahaan yang bergerak di sektor ini, di antaranya PT Elnusa, anak usaha PT Pertamina (persero) yang mulai terjun sejak 1990 lalu, disusul PT Gelombang Seismik Indonesia (GSI) pada 1990, dan tahun ini PT Sucofindo.
Benyamin mengatakan ke depan perusahaan perlu terus menggandeng pemerintah mengingat tingginya investasi di industri survei seismik. Sebagai gambaran, satu proyek seismik 3D sepanjang 600 kilo meter persegi (km2) membutuhkan dana minimal US$ 50 juta, termasuk peralatan US$ 25 juta, kegiatan operasional, personel dan marketing. "Perlu menggandeng pemerintah mengingat biaya investasi dan nilai proyek bisnis ini sangat besar per tahun nya," tambahnya.
GSI sendiri sejak berdiri pada 2009 lalu, telah menyelesaikan 10 proyek seismik bersama 8 perusahaan termasuk PT Pertamina EP, Foster Trembes Petroleum Ltd, Bukit Energi Asia Pte Ltd , dan salah satu perusahaan Afrika. Rata-rata proyek seismik yang dilakukan GSI adalah survei seismik 2D di darat dengan panjang 200 kilo meter hingga 600 kilo meter